Archive for April 2018
Hoaks atau berita bohong saat ini menjadi momok yang sangat mengerikan. Di sosial media, hoaks bertebaran dimana-mana.
Banyak orang-orang yang asal saja menyebarkan berita padahal belum tentu berita atau informasi tersebut benar.
Tidak hanya itu, baru-baru ini, sebuah media besar ternama di Kalimantan juga menyebarkan hoaks. Wah! Ngeri bukan.
Media yang harusnya mengonfirmasi terlebih dahulu berita yang ada malah langsung memberitakannya. Akibatnya? Masyarakat dibuat gaduh, banyak yang percaya dengan berita tersebut.
Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana kita sebagai masyarakat awam mengantisipasi hoaks di media sosial?
Berikut penulis bagikan beberapa cara untuk mendeteksi hoaks:
1. Gunakan mesin pencari (cth: google, yahoo)
Cara ini yang paling mudah dan murah. Hanya dengan mengetikkan kata kunci mengenai berita yang kamu dapat, dan tambahkan kata "Hoax" maka mesin pencari akan berusaha mencarikan hal yang berhubungan dengan hal tersebut.
Lihat apakah ada berita yang membenarkan hal tersebut? Atau apakah ada pihak yang bersangkutan mengonfirmasinya?
2. Hubungi narasumber
Cara ini memang sedikit ribet, apalagi jika kamu tidak kenal siapa narasumbernya.
Tapi hal ini wajib dilakukan jika kamu bekerja sebagai wartawan yang ingin menulis informasi tersebut. Agar tidak menyesatkan pembaca.
3. Perasaan
Gunakan intuisimu untuk menentukan kira-kira apakah suatu infomasi itu penting dan bermanfaat jika kamu sebarkan?
Kalau informasi tersebut saja membuat kamu marah, sebaiknya tidak disebarkan.
Nah, itu tadi cara-cara mengdeteksi hoaks. Silakan diterapkan ya, semoga tidak ada lagi hoaks di bumi ini. (hfw)
Banyak orang-orang yang asal saja menyebarkan berita padahal belum tentu berita atau informasi tersebut benar.
Tidak hanya itu, baru-baru ini, sebuah media besar ternama di Kalimantan juga menyebarkan hoaks. Wah! Ngeri bukan.
Media yang harusnya mengonfirmasi terlebih dahulu berita yang ada malah langsung memberitakannya. Akibatnya? Masyarakat dibuat gaduh, banyak yang percaya dengan berita tersebut.
Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana kita sebagai masyarakat awam mengantisipasi hoaks di media sosial?
Berikut penulis bagikan beberapa cara untuk mendeteksi hoaks:
1. Gunakan mesin pencari (cth: google, yahoo)
Cara ini yang paling mudah dan murah. Hanya dengan mengetikkan kata kunci mengenai berita yang kamu dapat, dan tambahkan kata "Hoax" maka mesin pencari akan berusaha mencarikan hal yang berhubungan dengan hal tersebut.
Lihat apakah ada berita yang membenarkan hal tersebut? Atau apakah ada pihak yang bersangkutan mengonfirmasinya?
2. Hubungi narasumber
Cara ini memang sedikit ribet, apalagi jika kamu tidak kenal siapa narasumbernya.
Tapi hal ini wajib dilakukan jika kamu bekerja sebagai wartawan yang ingin menulis informasi tersebut. Agar tidak menyesatkan pembaca.
3. Perasaan
Gunakan intuisimu untuk menentukan kira-kira apakah suatu infomasi itu penting dan bermanfaat jika kamu sebarkan?
Kalau informasi tersebut saja membuat kamu marah, sebaiknya tidak disebarkan.
Nah, itu tadi cara-cara mengdeteksi hoaks. Silakan diterapkan ya, semoga tidak ada lagi hoaks di bumi ini. (hfw)
#Tips: CARA MUDAH DETEKSI HOAX
Registrasi SIM Card dengan menggunakan Nomor KTP dan KK digadang-gadang sebagai solusi atas maraknya penipuan melalui telfon. Namun, apakah setelah lewat masa untuk registrasi ulang (31 Maret 2018) kemudian masyarakat terbebas dari penipuan?
Saya rasa tidak!
Modus penipuan yang mengatasnamakan sebuah perusahaan ojek online, Go-Jek, memang bukan hal baru. Kali ini korbannya adalah saya sendiri.
Saya rasa tidak!
Modus penipuan yang mengatasnamakan sebuah perusahaan ojek online, Go-Jek, memang bukan hal baru. Kali ini korbannya adalah saya sendiri.
Kronologis:
Sekitar jam 21.59 Wita (GMT+8), Minggu (8/4/2018), saya sedang menonton video Panda di youtube. Ditengah acara, saya mendapatkan notifikasi akan ada yang menelfon dengan pesan "G//Jek" dengan nomor yang tertera pada gambar.
Benar saja, tak berselang lama, masuklah telfon dari 081369540633 yang mengaku dari Gojek.
Menurutnya, saya mendapatkan bonus dari Gojek sebesar 2 Juta rupiah, dari 62 pelanggan (kalau tidak salah).
Tentu saya tidak akan tertipu!
Pertama, nomor yang digunakan bukanlah nomor resmi atau nomor kantor.
Kedua, saya juga bukan pengguna aktif Gojek, selama 6 bulan punya aplikasinya, saya hanya pernah menggunakannya 4 kali.
Ketiga, masa iya dari perusahaan minta password? Emang dia gak punya data pelanggan? Kalau mau non-aktifkan akun mah perusahaan berbasis teknologi segede Gojek gak perlu tanya passwordmu berapa.
Keempat, gila aja nelfon jam segini. Emang dia dimana? Di Texas?
Saya bilang, "Sudah itu hadiahnya buat mas saja!"
Terus dia bilang akan memproses penonton aktifan akun saya karena saya bilang sudah tidak aktif. Dan dia minta password yang benaran masuk saat itu sms dari gojek.
Tapi saya tetap tidak bisa ditipu! Saya sebutkan saja detik dia saat itu ngomong 0238 (bukan password dari sms Gojek).
Setelah itu saya tinggalkan cuci tangan waktu dia masih ngomong. Berkali-kali dia manggil, terus pas saya balik lagi dia kayak kesal gitu langsung ngucapin salam. Padahal pas awal nelfon gak pake salam.
Nah, begitulah kira-kira pengalam saya malam ini.
Kembali lagi ke pertanyaan awal, apakah efektif registrasi kartu tersebut?
Setelah memasuki bulan april, saya malah menerima SMS togel, daftar jadi kang pulsa, dan sejenisnya sampai 3 kali sehari!
Wah, padahal makan saja tidak sampai segitu.
Jadi bagaimana menurut kalian? Apa pengalamanmu?